Ngomongin energi negatif, dimanapun tempatnya pasti bertemu dengan lingkungan dengan energi negatif di dalamnya. Yang membedakan adalah kadar energi negatif tersebut. Bila kita tak bijak menempatkan diri maka tidak menutup kemungkinan kita akan terbawa arus energi negatif tersebut. Berdasarkan pengalaman pribadi maupun cerita dari seorang teman, jika kita berada di situasi tidak memungkinkan sepenuhnya bisa menghindar dari lingkungan yang dipenuhi oleh energi negatif, maka langkah yang bisa kita ambil sementara waktu adalah "bercampur tanpa harus melebur".
Kalau dalam ilmu kimia kita mengenal katalis, yang mempengaruhi laju reaksi tanpa ikut bereaksi. Nah, dalam lingkungan yang dipenuhi oleh energi negatif, kita bisa berperan layaknya katalis tersebut. Keberadaan kita tetap punya pengaruh positif meski butuh waktu yang agak lama. Seperti pengalamanku sebelas tahun lalu ketika awal kuliah di Malang. Punya teman baru yang lama-kelamaan menjadi akrab karena kita menyusuri jalan yang sama setiap berangkat dan pulang kuliah. Memang dari awal aku menyadari dia agak berbeda, penampilannya tomboy abis. Kontras dengan diriku yang kemana-mana selalu dengan rok panjang dan jilbab lebar. Namun perbedaan tersebut tak menimbulkan masalah, bahkan semakin hari kita semakin akrab.
Layaknya seorang sahabat, kita juga sering berkunjung ke kosan masing-masing. Begitu juga denganku. Suatu hari aku mampir ke kosnya tanpa memberi tahu dia sebelumnya. Ketika menyaksikanku di depan pintu kamar, dia terlihat panik. Ternyata ia sedang asyik merokok saat aku mengetuk pintu. Segera ia memasukkan puntung rokok dan asbak di bawah meja setelah mempersilahkan aku masuk. Saat ia terlihat bingung menyusun kata ingin menjelaskan sesuatu, aku terlebih dahulu mengatakan bahwa haknya apakah ia merokok atau tidak, asal tidak merokok di depanku. Aku tetap mau bersahabat dengannya meski dia adalah perempuan perokok aktif dan juga lambat laut aku tahu seperti apa pergaulannya. Aku tetap kenal baik dengan teman-teman komunitasnya meski aku tidak ikut kegiatan-kegiatan negatif mereka. Begitulah, kita tetap bersahabat dengan batasan-batasan yang sudah kita sepakati. Karena aku tidak langsung menjauhinya saat tahu siapa dia, perlahan ia mulai menanyakan perihal jilbab dan tentang aturan-aturan agama lainnya. Aku tidak tahu kehidupan ia selanjutnya karena kita harus berpisah karena aku melanjutkan kuliah di Surabaya. Namun satu yang membuat hati lega, lewat media sosialnya aku tahu kini ia berhijab.
Itu bukan pertama kali aku berada di lingkungan yang bisa dibilang prosentase energi negatifnya lumayan besar. Saat SMA, aku juga pernah di situasi yang sama. Bersahabat dengan seorang pecandu narkoba. Tepatnya seorang pecandu yang mulai berhijrah meninggalkan barang terlarang tersebut. Namun belum bisa lepas sepenuhnya. Suatu malam saat menjemputku untuk acara seminar, aku diajak bertemu dan dikenalkan dengan komunitasnya yang rata-rata anggotanya adalah pemakai narkoba. Ternyata ia bertransaksi dengan salah satu temannya. Saat itu aku tak bisa menghindar dari situasi tersebut namun juga tidak ingin menjadi bagian dari mereka. Yang bisa kulakukan hanya menyapa hangat mereka satu persatu. Meski mereka terlihat kikuk karena seorang jilbaber ada di sarang mereka. Sahabatku tersebut akhirnya perlahan-lahan bisa sembuh. Tentunya setelah mendapat pencerahan dari para sahabat yang peduli. Seandainya semua apatis terhadapnya karena ia adalah seorang pecandu, mungkin sampai detik ini ia tetaplah seorang pecandu.
Begitulah, bagiku ketika kita di kelilingi oleh lingkungan yang penuh dengan energi negatif, tak ada salahnya berusaha sedikit memberi warna dengan cara bercampur tanpa harus melebur. Namun harus dibarengi juga dengan memperkuat pertahanan diri.
Wow dulu kuliahnya jurusan kimia ya mba?
ReplyDeletebukan, jurusan Hukum hehehe. SMA aja di IPA
DeleteWah! Keren banget mbak bisa berteman baik dengan mereka. Bukannya terjerumus malah mereka bisa dapat inspirasi dari mbak. Mungkin temen mbak yang tomboy dapat hidayah untuk pakai jillbab salah satunya dari melihat mbak pakai jilbab.
ReplyDeleteiya setuju banget, justru berada di lingkungan yang berenergi negatif bisa membuat kita belajar ya, lebih membentengi dengan mempertebal pertahanan diri aja.
ReplyDeleteAlhamdulillah yaa Tata yg justru mewarnai. Yap, benteng diri mesti kuat ya biar gak jadi melebur sama mereka.
ReplyDeleteHrs pintar2 mnjga diri di lingkungN ngatif
DeleteMba tata kece.. dari yang mau pakai, sampai ke bantu pakai.. *jilbab mksdnya.. hebat dua jempol deh mbak��
ReplyDelete