Ngomongin teman sebangku itu, artinya kita harus mundur jauh cin ke masa-masa sekolah. Padahal posisi sekarang kita sudah nyekolahin anak. Paham kan artinya, berarti kita sudah tidak muda lagi. hikz. Naluri perempuan kan pengen selalu terlihat muda.

Sebangku dengan seseorang yang sudah tajir dari lahir, memberikan berkah tersendiri buatku. Begitu banyak Rezeki yang Allah berikan lewat tangan Rani. Tak terhitung kebaikan rani kepadaku. Mulai dari pemberian berupa materi, diajak menikmati fasilitas-fasilitas hotel, hingga jalan-jalan. Bagiku yang berasal dari keluarga biasa, pengalaman tersebut sangat berharga. Dari sekian pengalaman yang aku dapatkan selama bersama rani, ada satu moment yang tetap aku ingat sampai sekarang. Lagi-lagi tentang kedermawanan seorang Rani. Saat itu aku sedang sakit gigi akut. Meskipun gigiku sakit, aku tetap berangkat ke sekolah. Namun ternyata aku tidak tahan dengan sakitnya gigiku saat di kelas. Mengetahui kondisiku, saat bel istirahat Rani dengan cekatan membawaku ke Rumah sakit tempat dokter pribadinya praktek. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata kondisi gigiku sudah aus dan harus dicabut. Gigiku pun dicabut dan setelah itu kita balik lagi ke sekolah. Selama di Rumah Sakit, Rani lah yang membayar semua administrasinya. Untuk ukuran anak SMA waktu itu, Rani keren, dia punya rasa empati tinggi kepada teman sebayanya. Sesuatu yang langka, tidak dimiliki anak usia remaja saat itu. Apalagi anak yang berasal dari keluarga kaya biasanya apatis. Tapi rani tidak.
Rani tetap rendah hati, tidak pernah menyombongkan kekayaannya. begitupun dengan keluarganya. Mereka menerima teman-teman rani yang main ke rumahnya dengan tangan terbuka. Tak ada aura keangkuhan pada Rani dan keluarganya.
Sampai saat ini, meski sudah lama lulus dari SMA, Rani tetap menjadi pribadi yang ramah. kita masih sesekali berinteraksi lewat media sosial khususnya Instagram. Dari sosok teman sebangku itu, aku benar-benar belajar tentang sifat Rendah hati. Seberapa banyakpun harta yang dititipkan Allah tak mengubahnya menjadi sombong. Karena di luar sana banyak orang yang angkuh dan merendahkan orang lain padahal harta yang dimiliki belum seberapa. Harusnya mereka mencontoh Rani, teman sebangkuku.
Masih tentang teman sebangku dan kerendahan hati mereka. Aku beruntung ternyata tidak hanya sewaktu SMA saja aku punya teman sebangku yang rendah hati dan tidak sombong. Sewaktu masih MTs (setara SMP) aku sebangku dengan Chusnun Nadzirah. Dia adalah anak katagori berprestasi dikelas. Pribadi kalem dan pinter itu klop banget ya. Seperti itulah Chusnun. Meskipun dia pinter tapi bukan tipe yang pelit ilmu. Dia selalu telaten menerangkan materi pelajaran yang tidak aku pahami. Dia akan dengan senang hati menjawab setiap pertanyaan teman-teman, tidak hanya aku saja. Dia akan berbagi ilmu dengan siapapun. Dengan kelebihan yang dimiliki tidak menjadikan Chusnun sombong lho. Ia tetap menjadi pribadi rendah hati. Aku dan Chusnun juga satu sekolah saat SMA, meskipun beda kelas. Dan sosok Chusnun tidak berubah. Ia tetap menjadi siswa berprestasi yang rendah hati. Bisa masuk Perguruan Tinggi tanpa tes tidak sedikitpun merubah kepribadiannya. Aku harus banyak belajar dari teman sebangkuku ini.
Rani dan Chusnun, dua teman sebangku yang keren abis. Harta dan Ilmu tidak membuat mereka sombong. Mereka tetap rendah hati meski mereka sadar sepenuhnya bahwa mereka punya kelebihan. Lantas, jika kamu, aku, dan kita semua punya harta dan ilmu yang tidak seberapa namun congkak, ah malu lah dengan kedua sosok hebat itu.
No comments
Post a Comment