Anak Tantru, Haruskah Emak Ikutan?- Ketika lagi jalan-jalan baik di mall atau di area terbuka
aku sering menjumpai anak-anak usia 3-5 tahun yang nangis jejeritan kadang
sambil guling-guling. Bahkan ada yang sampai memukul orangtuanya. Aksi
bocah-bocah itu secara otomatis mengundang perhatian orang-orang di sekitarnya.
Ayah ibu si anak pun sering merasa risih dengan tatapan-tatapan penuh makna
dari orang yang menyaksikan. Dengan alasan malu mereka berusaha menghentikan
tangisan si anak dengan berbagai cara. Mulai dari membujuk secara baik-baik,
segera menuruti permintaan si anak, hingga mencubitnya. Sebenarnya anak usia
1,5 - 5 tahun memang bisa mengalami fase seperti itu.
Para pakar dalam parenting
menyebut temper tantrum, yaitu kondisi ledakan emosi yang disebabkan
ketidakmampuan mengungkapkan keinginan dan menuntut orangtua memahaminya. Aku
sendiri yang sudah mempunyai dua anak pastilah pernah mendapati anak tantrum.
Tantrum si sulung Agha gak sampai guling-guling atau memukul ayah bundanya. Agha
tipe anak yang bisa dibilang balita yang masih bisa mengontrol keinginannya. Ketika
jalan ke mall misalnya, dia melihat mainan yang disukai dan ingin membelinya,
tapi harga mainan di tempat itu terlalu
mahal menurut ayah bunda, maka pilihan terbaik adalah bernegosiasi dengan Agha.
Meminta ia menunda membeli mainan tersebut dan sebagai gantinya, ayah akan
membelikan mainan yang sama keesokan harinya di tempat berbeda. Berhubung di
dekat tempat kerja ayah ada pusat perkulakan mainan, biasanya kita akan
mengatakan ke Agha “Mas beli mainan ini besok ya di dekat tempat kerja Ayah.” Kalimat
mantra itu cukup efektif untuk dia.
Tentunya janji kepada anak harus ditepati
agar lain kali tetap bisa bernegosiasi dengannya. Meskipun tidak sampai
menangis histeris, jangan kira tak ada adegan yang mengiringi proses negosiasi
dengan si sulung lho. Ketika keinginannya mendapatkan sesuatu sudah mencapai
ubun-ubun, ia akan melancarkan aksi “ngambek” dengan ekspresi bibir manyun dan
tangan dilipat di dada. Kalau sudah seperti itu, solusi terbaik adalah ayah
bunda ngacir meninggalkan lokasi penjual mainan dan berusaha mengalihkan
perhatian Agha dengan menawari makanan kesukaannya atau mengajak ke area
permainan yang ia sukai.
Wah semudah itukah mengatasi tantrum agha? Bunda gak perlu
pusing, hebring, intonasi dan tensi yang meninggi dong? Tunggu dulu, bunda Agha
bukan bidadari kok. Ada kalanya aku menjelma menjadi “Tiger Mom” juga. Saat di rumah adalah saat yang paling susah
untuk mengkondisikan tantrum Agha. Entah karena posisinya dirumah jadi dia bisa
leluasa untuk menangis sambil guling dikasur atau karena gak ada banyak orang
yang memperhatikan. Sering kali ia menginginkan sesuatu disaat aku juga masih
rempong dengan pekerjaan rumah. Kadang meskipun sudah diambilkan apa yang
diinginkan, ia masih tantrum karena bunda terlambat sedikit memberi apa yang
dia mau. Alhasil ketika Agha tantrum emaknya pun ikutan tantrum. Malahan kalau
diingat, tantrum emaknya lebih parah, ah bikin geli kalau ingat momen itu.
Sebenarnya tantrum pada anak bisa diminimalisir dan seorang ibu
bisa kok tidak ikutan tantrum heboh saat si anak tantrum. Ada 2 faktor yang
mempengaruhi, yaiitu :
Pola Asuh Orangtua
yang Memanjakan Anak Berlebihan
Semua orangtua ingin
memberikan yang terbaik untuk anaknya dan ingin membahagiakan si anak. Namun tak
jarang cara yang mereka tempuh kurang mendidik, yaitu memanjakan anak
berlebihan dengan memberikan apapun yang minta anak. cara seperti ini
menurutku ibarat senjata makan tuan. Karena
saat apa yang diminta anak tidak bisa dipenuhi oleh orangtua, si anak akan
cenderung tantrum sebagai bentuk protes ke orangtuanya.
Kondisi Psikis Ibu
Sebagai seorang ibu terutama yang memiliki anak usia balita sangat dibutuhkan tingkat “kewarasan”
level tinggi. Kondisi ibu yang lelah fisik dan sedang stress mempengaruhi
suasana hati si ibu. Sehingga
berpengaruh juga terhadap caranya merespon tingkah pola anak. Ketika
suasana hati ibu sedang kurang baik dan si bocah tantrum, maka seorang ibu
cenderung emosional dalam merespon tantrum anak. Anak tantrum ibu pun ikut tantrum.
Namun, kondisi akan berbeda jika suasana hati ibu sangat baik maka akan
cenderung lebih tenang menghadapi anak yang sedang tantrum.
So, sebagai emak-emak yang selalu di hadapkan dengan
rutinitas pekerjaan rumah yang tiada habisnya, ada tips ni supaya saat anak
tantrum, emak gak ikutan tantrum juga, yaitu:
Luangkan Waktu untuk Me Time
Meluangkan waktu untuk me time sangatlah penting. Me Time
ala daku sih sekedar menikmati secangkir coklat dan membaca buku, olahraga
ringan dengan gerakan-gerakan ala dancer yang menguji keluwesan badan, bereksperimen dengan resep-resep yang baru atau
menonton drama korea (teteeep gak ketinggalan drakornya ya). Kegiatan tersebut
dijamin bikin refresh badan plus mata hahahaha. Soale abis lihat yang bening-bening xixixixi.
Lakukan Teknik One Minute Relaxation
Teknis ini aku dapat saat membaca bukunya seorang psikolog Lara Fridani yang berjudul "Ibu, dari mana aku
berasal?". jadi saat emosi sudah mulai tidak terkontrol, cobalah untuk duduk di
kursi dengan posisi kaki menyentuh lantai. Kemudian mengambil nafas panjang dan
dalam,serta menahannya sekuat kita. Selanjutnya lepaskan udara secara teratur
dan rileks. Ulangi beberapa kali. Coba rileks kan juga bagian tubuh yang lain
seperti jari-jari, bahu, dan rahang. Rasakan hasilnya, pasti akan terasa lebih
tenang dan bisa berfikir jernih. Emosi menjadi reda. Anak tantrum setidaknya si
ibu tidak akan ikutan tantrum. Ibu bisa segera menenangkan anak dengan memeluk
atau menggendongnya.
Berbekal pemahaman tentang faktor
pemicu anak tantrum dan menerapkan tips di atas, aku menjadi lebih siap dengan
anak keduaku, Inces Gia. Beda anak beda pula karakternya. Begitupun antara si
sulung Agha dan adeknya Gia. Si adek lebih ekspresif. Meski masih berusia 1
tahun, ayah bunda sudah melihat gelagat tantrum ekstrim dari bocah mungil itu.
kalau Mas Agha jurus andalan meminta sesuatu dengan aksi ngambek, maka adek Gia
akan berteriak histeris bila keinginan sederhananya tidak terpenuhi. bunda
sudah menyiapkan diri sejak dini dengan memperbanyak Me Time dan sesering
mungkin melakukan One Minute Relaxation agar tidak ikutan tantrum saat si Inces
tantrum. Sesekali jalan-jalan bersama menghirup udara segar di alam terbuka,
agar bisa mengurangi stres. Karena pada
intinya seorang ibu harus happy agar anak-anak juga happy. 😊
Tantrum di tempat umum memang menguras energi mba. Ibu hrs bener2 telaten dan sabar spy gak ikutan emosi.
ReplyDeletebetul sekali mbk :)
DeleteIya tantrum terkadang bikin para ibu jadi ga sabar ya, apalagi kalau di tempat umum.
ReplyDeleteIya, kesabaran bisa menipiis
DeleteKalau anak tantrum di muka umum, itu tantangan deh. Meredakan emosi diri sendiri dan pasang wajah lempeng
ReplyDeleteBetul banget mbak
DeleteBacaan yang menyenangkan di pagi menjelang siang begini. Semoga aku busa jadi ibu yang happy nantinya.
ReplyDeletesemoga segera menjadi seorang ibu
DeleteSaya bisa membayangkan betapa ruwetnya menghadapi anak tantrum, apalagi kalau kita juga lelah, rasanya pengen nangis juga wkwkwk....
ReplyDeletekuncinya ada pada diri sang ibu. ibu harus bisa mengendalikan dirinya dulu
DeleteKalau anak tantrum skrng aku lbh milih diemin mbak, nanti kalau dah diem sendiri baru ditanya, "Ngapain td marah?" atau "Ngapain td nangis?" :D
ReplyDeletewah boleh juga tipsnya.
Delete