"HIDUP ITU TUHAN YANG MEMBERI,
KITA YANG MENJALANI,
DAN ORANG LAIN YANG MENGOMENTARI "
Pernah gak saat buka media sosial terus tiba-tiba berhenti scroll jika membaca judul-judul berita yang bombastis seputar gosip para artis? Pasti terbesit keinginan untuk mengklik situs pembuat berita itu kan? Tapi tunggu dulu, coba deh tahan sebentar dan alihkan fokus pada ribuan komentar dari artikel tersebut. Pasti komentator berita tersebut lebih bombastis lagi. Aku suka iseng melakukan hal itu. Berasa jadi hiburan tersendiri. Kadang sampai ngakak, mules dan geleng-geleng kepala sendiri. Mereka menulis komentar menggebu-gebu menjelek-jelekkan si artis hanya dari hasil membaca judul artikelnya saja. Banyak dari mereka bahkan bertengkar di kolom komentar tanpa membaca terlebih dahulu isi artikelnya. Padahal seringkali judul dan isi artikelnya tidak nyambung. Pembaca pun terkecoh. Begitulah gosip, digosok makin sip katanya.
Itu di dunia maya, lantas tengok di dunia nyata. Dulu setahuku label tukang gosip itu hanya disematkan pada penduduk desa yang jauh dari hiruk pikuk kota. Di desa itu, apa yang terjadi dengan salah satu warga di ujung perbatasan desa pun akan cepat diketahui oleh semua warga desa. Berita baik cepat sekali menyebar, pun juga dengan berita yang tidak baik. Menyebar cepat terbawa angin. Anaknya si A yang bekerja di luar negeri kabarnya akan terdengar oleh para warga yang berbeda RT bahkan bisa sampai terdengar ke luar desa. Itu di desa. Tapi ternyata kehidupan perkotaan pun tak luput dari penyebaran gosip. Kehidupan orang-orang kota yang cenderung individualis masih bisa dimasuki oleh gosip. Di sebuah perumahan misalnya, selalu ada sosok sebagai pusat informasi. Apa yang terjadi dengan rumah nomor sekian blok sekian dengan mudah ia ceritakan. Pokoknya selalu up date dengan gosip-gosip di bloknya. Siapa yang punya televisi baru, kulkas baru, motor hingga mobil baru, semua dia tahu. Bahkan kadang sesuatu yang lebih personal seperti kenapa Ibu B bercerai dengan suaminya, berapa kali dalam seminggu tetangganya shopping ia tahu. Ternyata di dunia nyata pun tak jauh beda ya. tetep Gosip di gosok makin sip.
Sebenarnya apa penyebab orang-orang itu suka menggosip? Menurutku ada 2 alasan
Pada dasarnya mereka adalah tipe orang yang kurang perhatian, sehingga dengan bahan gosip tersebut mereka akan diperhatikan oleh yang lain. Begitu juga dengan orang-orang yang berkomentar panjang lebar di dunia maya pada artikel gosip selebritis.
Pada hakekatnya mereka adalah orang-orang yang merasa kurang atau tidak bahagia dalam hidupnya. Sehingga kebahagiaan orang lain begitu mengganggunya. Orang-orang seperti ini sudah digerogoti penyakit hati berupa iri dengki. Sehingga ada kepuasan tersendiri jika menggosipkan orang lain.
Bisa gak sih terhindar dari aktifitas menggosip? Apalagi ibu-ibu yang identik dengan gosip. Jawabannya bisa banget. Tips menghindari gosip diantaranya :
Menyibukkan Diri
Tips ini aku peroleh dari ibuku. Beliau tidak pernah pergi ke rumah tetangga untuk menggosip meskipun beliau hidup di lingkungan desa. Selain aktifitas sosial seperti menjenguk orang sakit, pengajian, dan perkumpulan yang bermanfaat lainnya, beliau tetap berdiam di dalam rumah. "Pekerjaan rumah itu tidak ada habisnya, tidak ada waktu nongkrong di luar bergosip dengan tetangga" begitulah yang beliau ucapkan. Kalau dipikirkan lagi memang benar apa yang dikatakan ibuku. Melakukan pekerjaan rumah mencuci, menyapu, mengepel, menyetrika, memasak, dan setumpuk pekerjaan rumah lainnya itu sudah sangat menyita waktu. Apalagi ditambah aktifitas pengembangan diri seperti membaca buku, menulis buku atau blog, baking, menyulam, dan masih banyak lagi. Dipastikan tidak akan ada waktu untuk bergosip.
Bagi yang punya balita, biasanya tidak bisa menghindari untuk tidak bertemu dengan ibu-ibu lain saat menemani si kecil bermain dengan anak tetangga. Potensi untuk bergosip ria sangatlah besar. Namun bukan berarti tidak bisa menghindarinya. Jika ingin terhindar dari aktifitas menggosip saat menemani anak bermain ke rumah tetangga, pastikan obrolan hanya seputar perkembangan si kecil. Bila obrolan sudah mulai meluas di luar topik anak-anak, sebisa mungkin segera alihkan pembicaraan. Kembalikan obrolan ke topik semula.
Dapatkan Limpahan Perhatian dari Keluarga
Bila telah mendapat cukup perhatian dari anggota keluarga terutama pasangan, maka tidak akan lagi mencari-cari perhatian dari luar. Sehingga tidak ada lagi perasaan ingin jadi pusat perhatian. Tidak akan lagi mencari bahan gosip agar diperhatikan oleh orang lain terutama lingkungan sekitar.
Bahagiakan Dirimu
Jika hati sudah dipenuhi dengan kebahagiaan, maka tidak akan lagi ada perasaan iri dengki dengan kebahagiaan orang lain. Sehingga keinginan untuk "ngomongin" orang lain atau keinginan untuk tahu lebih detail kehidupan orang lainpun tidak ada.
Namun kadang meskipun kita tidak berniat menggosip, kita tahu kabar kurang baik tentanng tetangga, saudara, dan juga berita selebritis di dunia maya. Karena kita tak bisa sepenuhnya menutup telinga. Apabila sudah terlanjur mendengar hal-hal negatif baik dari lingkungan maupun berita sosial media, ada tips agar kita tak punya niat sedikitpun untuk menyebarkan apa yang kita dengar. Yaitu :
Mengubah Sudut Pandang
Bila kita mau sedikit berempati dengan berusaha memahami perasaan orang yang sedang ditimpa gosip, maka kita akan mengurungkan niat untuk menyebarkan gosip tersebut. Berandai-andai bagaimana perasaan kita jika itu menimpa diri kita. Bila berita yang beredar itu benar adanya, tetap ada hati orang-orang dekat yang harus dijaga agar tidak ikut terluka.
Kroscek Sumber Berita
Ini berlaku di dunia maya. Di era digital seperti sekarang ini kita mudah sekali mengakses sebuah berita. Akan tetapi banyak berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Apalagi berita tentang selebritis tanah air. Banyak netizen yang percaya dengan sebuah artikel dan langsung membagikan ke akun media sosialnya tanpa melakukan kroscek terhadap kebenaran berita tersebut. Sehingga tak jarang menimbulkan polemik di kemudian hari. Sebagai pengguna internet yang cerdas, sudah seharusnya kita bisa menyaring informasi yang kita dapat lewat dunia maya. Melakukan penelusuran terhadap sumber berita sangatlah penting. Bijaksana sebelum menyebar berita yang belum tentu kebenarannya.
Saya termasuk ibu2 yang sangat jarang ke luar rumah kecuali untuk membeli bahan masakan ke warung atau untuk menjemur pakaian. Ngajak anak main ke luar juga jarang. Saya lebih suka anak main di rumah atau temen2nya yang diajak ke rumah. Karena memang merasa pekerjaan rumah ga beres2, dan lebih suka baca atau nulis di rumah. Kalaupun terpaksa ngajak anak main di luar (sekali2) dan harus berkumpul dengan ibu2 yang ngobrol saya cuman diem. Paling senyam senyum dikit. Tidak mau terlibat percakapan mereka terlalu jauh. Sambil dalam hati berharap anak cepet udahan mainnya. Hihi. Mungkin saya dianggap anti sosial, tapi peduli amat ah yang penting saya bahagia di dalam rumah.
ReplyDeleterumahku surgaku deh pokoknya ya mbak.betaah aja di dalam seharian. hehehe
ReplyDeleteDulu, sempat ikutan ngikutin akun gosip di instagram... Lama-lama wes ndak sempet, karena tanpa terasa kalo lagi iseng kepo gitu makan waktu sendiri huhu... kerjaan rumah jadi makin menumpuk... Yup, kalo sibuk pasti gak sempet deh ngepoin begituan
ReplyDeleteIya, mending waktunya digunakan buat hal lainnya ya mbak
DeleteItulah kenapa aku bisa dibilang ga prnh kumpul ama tetangga :D. Palingan nyapa doang kalo papasan, tp blm prnh ikutan arisan ato apalah yg hrs kumpul2. Pertama krn aku kerja, kedua krn ga pgn ujung2nya malah gosip :p. Pulang kantor alhamdulillah udh malam, jd makin ga ketemu ama para tetangga itu..
ReplyDeleteArisan dan lainnya tetap ada positifnya selama dalam batas wajar hehe
Delete